Hari ini, Jumat (13/04/15), saya untuk
pertama kali bertemu dengan mentor saya. Sejak awal Maret 2015, saya tergabung dalam
sebuah program mentoring bernama Optimus Batch 1 setelah melalui proses seleksi
berkas. Saya bersama dua mentee lainnya bertemu dengan mentor kami di sebuah cafe
Surabi yang berada tidak jauh dari kampus Universitas Hasanuddin. Mentor kami
adalah seorang mahasiswa jurusan Sejarah di Universitas Hasanuddin. Nama mentor
kami adalah Muh Ihsan Harahap, dengan panggilan Kak Ihsan. Ia adalah salah satu
peserta yang lolos dalam OKTI (Olimpiade Karya Tulis Ilmiah) yang diadakan oleh
PPI Prancis yang bermarkas di Paris pada tahun 2013. Selain itu, saat ini ia
juga merupakan salah satu penerima beasiswa dari yayasan Nurul Fikri dan
tergabung dalam sekolah kepemimpinan PPSDMS. Dari rekam jejak organisasi, ia juga
adalah koordinator bidang kebijakan publik di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Universitas Hasanuddin, serta calon ketua umum untuk periode
selanjutnya. Sekilas, hanya itu hal-hal luar biasa yang saya dapat lihat dari
akun facebook mentor kami tersebut. Namun, prestasi-prestasinya yang sebenarnya
mungkin lebih luar biasa dari beberapa uraian di atas.
Sore itu saya dan dua mentee
lainnya untuk pertama kali dipertemukan secara fisik. Setelah sesaat
memperkenalkan diri masing-masing, kami
mulai agak mengenal pribadi satu sama lain. Mentee pertama bernama Nurhidayanti Yuniar,
mahasiswa jurusan Psikologi di Universitas Negeri Makassar angkatan 2011, gemar
membaca. Salah satu hal yang menjadi persamaan antara saya dan kak Anti (begitu ia
ingin dipanggil dan saya juga angkatan 2014 :D) adalah sama-sama tertarik mengkaji problem sosial yang ada di
masyarakat. Meskipun ada persamaan lain yaitu kami sama-sama manusia (ya iyalah
:D). Masih berasal dari kampus yang sama, mentee kedua bernama Nurul Inayah
Khairaty. Ia adalah mahasiswa angkatan 2012 yang saat ini a dalam lembaga penalaran di kampusnya. Hal yang menarik dari
mentee yang satu ini adalah cita-cita besarnya, yaitu keinginan menjadi kepala
LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), meskipun mimpi tersebut tidak kalah
besar dengan mimpi saya (menjadi pengajar/guru yang mempersiapkan masa depan
Indonesia). Itulah awal perbincangan antara kami dan kak Ihsan, yang juga kadang
diselipkan gurauan-gurauan intelek.
Sekedar informasi, Optimus Batch
adalah sebuah program mentoring Jejaring_ID yang didedikasikan khusus untuk
beberapa mahasiswa terpilih di kota Makassar. Saat ini ada 13 mentee yang
terbagi dalam 4 tim mentoring. Bidang mentoring tersebut antara lain forum,
jurnalistik, LKTI, dan proyek sosial.
Setelah perkenalan, kami berempat
mulai berdiskusi ke arah topik yang seharusnya, yaitu tentang forum pemuda. Diskusi
diawali dengan suguhan pertanyaan dari kak Ihsan tentang pengalaman kami dalam dunia
forum. Ternyata kami bertiga masih newbie
di bidang tersebut. Belum ada pengalaman khusus menjadi seorang delegasi dalam sebuah
event ataupun lomba.
"Kadang seseorang harus dipermalukan agar dapat termotivasi,"
itulah pernyataan dari Kak Ihsan yang mengakhiri 'penghinaannya' sekaligus pernyataan
yang mengawali berbagai tips serta motivasi sore ini. Kami diberikan
daftar-daftar forum kepemudaan dan lomba-lomba, nasional maupun internasional. Kami
juga diberikan tips dalam persoalan belajar berbahasa inggris.
"Grammar tidak penting. Grammar
tersebut penting hanya saat kita hendak digunakan untuk menulis jurnal
ataupun karya tulis lainnya", kata kak Ihsan. Artinya, untuk dapat
berbicara menggunakan bahasa inggris dibutuhkan strategi lain selain hanya sekedar
hanya membaca buku "30 Hari Lancar Ngomong Bahasa Inggris". Seseorang
butuh lebih dari sekedar itu, apalagi untuk orang yang tidak suka membaca. Saran
yang diberikan kak Ihsan untuk kami terkait hal tersebut adalah dengan mengoleksi
video ber-subtitle bahasa inggris. Sebagai
saran, kak Ihsan merekomendasikan video-video TED yang banyak beredar di Youtube. Melalui video-video tersebut
seseorang dapat mendengar pengucapan (pronunciation)
sembari membaca kata apa yang pembicara ucapkan. Manfaat lebihnya, seseorang juga
dapat melihat struktur kalimat (grammar)
yang sering digunakan pembicara dalam forum-forum resmi (tidak seperti film
yang biasanya penuh caci maki :v).
Sebagai penutup perbincangan, kak
Ihsan menyarankan kami untuk segera membuat paspor. Alasannya karena menurutnya
hal itu lebih baik ketimbang membuat paspor ketika hendak mengikuti event atau
lomba di luar negeri. Selain tindakan preventif yaitu mencegah jika nantinya muncul
kecurigaan dari panitia lomba, setidaknya itu dapat menjadi motivasi berlebih
(yah, itu benar :D).
Sekian sekilas hari saya, wassalam. :)
0 komentar:
Posting Komentar